Mitos Atau Fakta Daging Kambing Menyebabkan Darah Tinggi?

Kegiatan Dilihat: 541

Salah satu makanan yang paling disukai Nabi Muhammad SAW adalah daging kambing. Kambing memang salah satu hewan istimewa. Beberapa sunnah dalam agama Islam dilakukan dengan menyembelih kambing, seperti qurban dan akikah. Saat berqurban di hari Idul Adha, memang diperbolehkan menyembelih hewan lain, seperti sapi, kerbau, dan unta. Tapi lebih dianjurkan menyembelih kambing. 

Namun sayangnya, banyak orang justru menghindari memakan daging kambing. Beragam alasan dikemukakan. Alasan terbanyak adalah takut terserang hipertensi atau darah tinggi. Padahal sejatinya daging kambing sangat sehat.

Tahukah Anda, anggapan daging kambing memicu darah tinggi ternyata hanya mitos?

Setiap 100 gram daging kambing mengandung sekitar 109 kalori. Jumlah ini lebih rendah dibanding daging sapi dan ayam sebanyak 250 kalori dan 195 kalori. Kadar kolesterol daging kambing hanya 57 miligram, lebih rendah dibanding daging sapi, 89 miligram dan ayam, 83 miligram.

Kadungan lemak daging kambing pun sangat rendah, hanya 2,3 gram. Sedangkan daging sapi mengandung 15 gram lemak dan ayam mengandung 7,5 gram. Namun kandungan protein daging kambing lebih rendah dibandingkan daging sapi dan ayam. Daging kambing mengandung 20 gram protein, daging sapi 25 gram dan daging ayam 30 gram.

Kenyataan tersebut menunjukkan daging kambing lebih sehat dibandingkan daging sapi dan ayam. Anggapan daging kambing menyebabkan darah tinggi sebetulnya tidak benar. Pasalnya daging kambing memiliki kandungan lemak jenuh yang rendah. Padahal lemak jenuh adalah salah satu pemicu penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu kandungan lemak jenuh juga bisa memicu kenaikan kolesterol dan penyakit jantung. 

Para ahli kesehatan menyebut pemicu darah tinggi bukanlah daging kambing, tapi cara memasak yang kurang tepat, salah satunya adalah menggoreng. Minyak goreng atau margarin yang digunakan saat memasam akan diserap daging dan mengubahnya menjadi lemak.  

Sedangkan suhu panas saat menggoreng atau membakar akan membuat kadungan air dalam daging kambing menguap. Selanjutnya kadungan air akan digantikan lemak yang diserap dari minyak saat menggoreng atau memanggang. 

Hal inilah yang menyebabkan kandungan lemak dan kalori daging kambing yang semula rendah berubah menjadi tinggi. Peningkatannya pun cukup signifikan, bahkan hingga mencapai 64 persen. Jika daging kambing yang sudah diolah dengan cara-cara tersebut dikonsumsi maka lemak yang dihasilkan bisa menumpuk dalam pembuluh darah dan memicu peningkatan tekanan darah.

Penggunaan aneka bumbu seperti, kecap, garam, dan penyedap rasa atau micin juga turut memicu peningkatan tekanan darah. Penggunaan santan juga dapat memicu tekanan darah tinggi. Meski tidak mengandung kolesterol tapi santan memiliki kandungan lemak jenuh yang cukup tinggi. 

Untuk itu disarankan mengolah daging kambing dengan cara ditumis atau direbus untuk dijadikan sop. Cara tersebut diyakini tidak membuat kandungan nutrisi dalam daging kambing berubah. Selain itu disarankan mengombinasikan dengan makanan sehat lainnya, seperti sayuran. Kandungan vitamin, mineral dan serat dalam sayuran bisa menjadi penyeimbang nutrisi dalam daging kambing. 

Selain itu, makan daging kambing sebaiknya dalam jumlah yang wajar dan tidak berlebihan. Apa pun jenis makanannya, termasuk daging, tidak baik jika dimakan terlalu banyak. Semuanya berisiko menyebabkan penumpukan lemak yang memicu penyakit tekanan darah tinggi.